Ketergantungan akan produk sayur-sayuran di Kabupaten Pakpak Bharat adalah hal yang ironi dengan kondisi Kabupaten ini yang mayoritas penduduknya adalah petani dan lahan luas yang masih bisa dimanfaatkan. Ini terjadi karena sebahagian besar petani masih terkonsentrasi pada tanaman pertanian olahan seperti gambir, kopi, nilam, sawit, karet dan kopi. Memang diakui bahwa di Sumatera Utara hanya Kabupaten Tanah Karo saja yang berorientasi pada pertanian sayur-sayuran.
Menyikapi hal tersebut, Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolando Berutu, MBA bersama Wakil Bupati Pakpak Bharat, Ir. H. Maju Ilyas Padang memberi masukan kepada Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), Makner Banurea, SP untuk membuat strategi bagaimana menstimulan masyarakat untuk bertani sayur-sayuran. Makner Banurea kemudian membuat demo plot (lahan percontohan) atau biasa dikenal dengan demplot bagi tanaman sayuran di Dusun Sitio-tio Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan pada bulan November 2011 yang lalu. Pada awalnya demplot ini memilih tanaman kubis untuk ditanam dan selanjutnya akan dikembangkan pada berbagai tanaman seperti tomat, cabe, kentang dan lain sebagainya agar petani memahami cara bertanam hortikultura dengan baik.
Pada hari yang lalu dilaksanakan panen perdana tanaman kubis yang dilakukan oleh Kepala BP4K didampingi Kabid Penyuluhan, Sunardi, SP. Petani pelaksana demplot, Deponri Limbong mengatakan bahwa dari 3.000 batang tanaman telah dihasilkan 2-3 kilogram berat tanaman setiap batang. Jumlah tanaman sebanyak itu dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dilakukan pada lahan seluas 5 hektar. Dapat disaksikan bahwa hasil produk tanaman ini sangat memuaskan.
Makner Banurea mengharapkan dengan adanya demplot ini agar benar-benar dimanfaatkan oleh para petani di Kabupaten Pakpak Bharat sebagai tempat belajar dan alih teknologi termasuk nantinya terhadap komoditi-komoditi lain yang akan dibuatkan percontohan. “Kami juga berharap agar demplot ini dapat dijadikan pilot project (proyek percontohan) model pertanian holtikultura bagi wilayah-wilayah lain di Sumatera Utara sehingga tidak terkonsentrasi belajar di satu Kabupaten tertentu saja”, ujar Makner Banurea.